Jumat, 20 April 2018

KEMAMPUAN MANUSIA TIDAK AKAN SEMPURNA


KEMAMPUAN MANUSIA TIDAK AKAN SEMPURNA

Peribahasa Madura berbunyi (jreppen tak mampu e teop dibik) suatu arti kemampua seseorang terbatas seberapa besar kemampuan yang dimiliki dan seberapa banyak harta yang dikumpulkan,tentu tidak akan sampai pada titik kesempurnaan.

Manusia tercipta serba kekurangan dari kekurangan itu muncullah suatu pemikiran untuk berusaha merubah keadaan, seseorang terkadang larut dalam masalah tanpa ada upaya rekonstruksi pemikiran yang handal untuk di adopsi dimasa kini agar keadaan semakin membaik. 

Seseorang terkadang senang memnghujani cemoohan pada tanah pendirian yang tandus tenpa memikirkan dampak setelahnya, walaupun basah dan hancur gumpalan itu namun tak beraturan, bukan tambah membaik melainkan tambah runyam dan sulit untuk di artikan.

Sebongkah batu yang berdiri tegak dibawah tetesan air dengan sendirinya membuka celah dan berlobang, hal itu bukan derasnya air yang menites namun kontiniuitas usaha yang menjadi tolok ukur.

“Besarnya Tekanan Tidak Akan Memunculkan Keseimbangan,,,

Keluhan terhadap manusia seringkali terlalu dibanggakan sebab masih ada tuhan yang selalu setia menerima keluh kesah hambanya “ kalau mikirin itu maah, ya sudah selesai urusannya ngapain kita cape-cape menganalisa keadaan” kata orang yang pendek pemikirannya.

Kejadian tersebut perlu adanya tindak lanjut langkah apa bagi manusia itu sendiri untuk merubah suatu keadaan, adakah solusi jitu bagi seseorang yang tidak lagi menemukan suatu titik terang untuk bertindak, adakah cara untuk merealisasikan suatu tuntutan dan mampukah melaksanakannya?

Dalam suatu turats dinyatakan “apabila engkau melihat suatu kemungkaran maka rubalah dengan taganmu, apabila tidak mampu, rubahlah dengan lisan apabila tidak mampu , rubahlah dengan doa namun hal itu paling lemahnya iman”  

Seseorang melihat suatu tatanan tidak cukup dengan umpatan, tidak cukup dengan kritikan bahkan hasutan, namun seberapa besar sumbangsih pemikiran yang dapat di adopsi upaya realisasi yang segnifikan dalam perubahan sistem yang lebih baik dan bermartabat.

Sejarah mengajarkan manusia agar bijak dalam bertindak apabila cara perubuhan terdapat kesalahan dan merugikan tak perlu terulang kembali, namun apabila cara itu baik sebaiknya di adopsi dan dikembangkan sesui dengan kebutuhan dan kemampuan masa kini.

Banyak tokoh sejarah nusantara upaya untuk merubah suatu system mewakili bangsa yang terisolir hak-haknya, bahkan cara sparatis yang diluncurkan, semacam itu yang diperjuangkan dan yang dituntut jelas sasarannya sesuai dengan fakta dan bukti nyata.

Bangsa yang di tindas oleh pemerintah Hindia Belanda telah merugikan pendapatan hasil bumi di setiap daerah. tanaman, sawah dan perkebunan yang merupakan haknya di rampas di ambil paksa oleh tangan tak bertanggung jawab, Hal tersebut bukti rakyat kecil yang bekerja, menanam namun rakyat semakin sengsara.

di era milenial ini setelah seseorang tahu kebobrokan tatanan bangsa  tidak seharuanya menjastifikasi sepihak, seyogjianya seseorang menilai suatu system yang tidak sesuai dengan lingkungan yang ada lantas apakah hanya berdiam saja ataukah mencemooh, menghasut, mengompat bahkan menggunjing,?
 Sudah bukan zamannya adu argument saling membenarkan pendapat diri dan menjastifikasi namun yang menjadi korban rakyat kecil yang tidak tahu apa-apa, bahkan merugikan diri sendiri.
“tidak ada asap kalau tidak ada api ” kehidupan manusia tidak akan lepas dari hukum kausalitas disanalah berlakunya membaca diri sebab seringkali apa yang  yang kelihatan belum tentu telah di rasakan.
Hemat penulis negara ini adalah Negara hukum jika ada suatu lembaga pemerintahan  terdapat oknum seharusnya diringkus dan diserahkan kepada pihak-pihak yang berwajib sesuai sanksi perundang undangan.